Namaanak-anaknya ialah: Elifas, anak Ada isteri Esau; Rehuel, anak Basmat h isteri Esau. (0.07) 1Raj 11:16: cucu dan Aku akan membuat kamu didiami i kembali seperti keadaan semula j dan akan berbuat baik kepadamu lebih dari pada keadaan dahulu. k Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.
بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم Kisah islamiah kali tentang wanita teladan, akan mengisahkan tentang sosok seorang istri yang kuat iman meskipun godaan Iblis datang bertubi-tubi. Dialah istri Nabi Ayyub Rahmah binti Ifrayin. Kita memang sering mendengar kisah Nabi Ayyub namun sangat jarang diceritakan tentang istrinya, istri yang sangat setia ini, tetap teguh pendirian Siapakah istrinya dan peranan dia dalam mendampingi suami yang tengah sakit parah sehari-harinya. Dia memiliki kesabaran dan kestiaan yang sangat tinggi. Dan dari dua sifatnya itu telah terbukti ampuh dalam menghalau bisikan iblis agar meninggalkan suaminya yang tengah sakit parah. Mari kita tengok sedikit kisahnya. Kisahnya. Salah satu wanita yang diceritakan dalam Al Qur’an, adalah Rahmah binti Ifrayin, cucu dari Nabi Yusuf dan istri dari Nabi Ayyub Sebagai anak yang terlahir dari keturunan Nabi, Rahmah memiliki pribadi yang mulia. Terlebih lagi ia diperistri oleh Nabi Ayyub Namun meski demikian, iblis tidak terima, tidak menghendaki apabila Rahmah berlaku baik pada suaminya. Waktu itu, Rahmah menjalani hidup seolah dalam kesempurnaan. Ia bergelimang harta kekayaan, anak yang banyak dan memiliki suami yang diangkat oleh Allah SWT sebagai salah satu Nabi-Nya. Itulah yang membuatnya selalu bersyukur dan semakin tekun beribadah. Namun, Allah SWT memiliki rencana lain terhadap Rahmah dan keluarganya. Suatu saat harta kekayaannya habis terbakar sehingga hiduplah Rahmah dalam kemiskinan. Akan tetapi itu tidak membuat keimanan Rahmah goyah, malah ia bisa bersabar dan meyakini bahwa segala sesuatu yang dia miliki, pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Ujian dari Allah SWT. Allah SWT terus menguji keimanan Rahmah. Semua anaknya tiba-tiba meninggal dunia dalam waktu yang relatif singkat. Awalnya Rahmah merasa sedih, namun ia dengan cepat bangkit dan meyakini jika anak adalah titipan Allah SWT semata. Ia pun semakin rajin beribadah. Ujian berikutnya datang, suaminya mengalami sakit aneh dan menular. Akibatnya,ia dan suaminya diisolasi dan dikucilkan oleh warga karena takut tertular penyakit. Rahmah pun dengan ikhlas menggendong suaminya dan berjuang mencari nafkah untuk kehidupan mereka. Ia telah menunjukkan diri sebagai wanita yang setia dalam mendampingi suaminya, baik dalm keadaan suka maupun duka. Pada suatu hari ada seorang kakek yang datang ke rumahnya. “Wahai Rahmah, apakah engkau menginginkan suamimu sembuh,” kata kakek itu. “Iya, aku ingin suamiku sembuh dari penyakit anehnya, apakah yang bisa saya lakukan demi kesembuhan suamiku?” tanya Rahmah. “Kalau begitu, suruh suamimu sujud kepadaku, maka suamimu akan sembuh,bahkan kamu akan kaya kembali,” jawab kakek itu. Rahmah sempat bingung dengan pernyataan kakek itu, namun karena imannya kuat, dia tidak mau bersujud, karena kita bersujud hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa saja, pikirnya dalam hati. Setelah ditolak, kemudian Rahmah menceritakan kejadian tersebut kepada suaminya yang sedang terbaring lemah. Mendengar cerita istrinya, Nabi Ayyub terlihat tidak suka, ia menjeaskan bahwa kakek tua itu adalah jelmaan iblis yang hendak mengubah keyakinannya. Dan karena mendengar ketidaksukaan itu, Nabi Ayyub bersumpah untuk memukul Rahmah dengan seratus kali pukulan jika ia sembuh kelak. Nabi Ayyub Sembuh. Karena keteguhan suami istri ini dalam hal keyakinan, akhirnya Allah SWT memberikan kesembuhan kepada Nabi Ayyub Nabi Ayyub sembuh total seperti sedia kala. Suatu hari, ketika Rahmah pulang dari bekerja, ia mendapati orang asing yang tengah shalat di dalam rumahnya. Rahma pun terperanjat kaget sembari menunggu lelaki misterius itu selesai shalat. “Wahai orang asing, siapa dirimu dan apa tujuanmu datang ke rumahku?” tanya Rahmah penuh waspada siapa tahu orang itu adalah jelmaan iblis lagi. Laki-laki itu menoleh dengan senyuman yang manis. “Akulah suamimu,” jawab lelaki itu penuh wibawa. “Tidak mungkin…meskipun kamu mirip suamiku, namun saat ini suamiku tengah sakit keras, mustahil kamu adalah suamimu,” kata Rahmah yang mencoba meneliti orang tersebut. “Demi Allah SWT, wahai istriku, sayalah suamimu, Allah SWT telah memberikan kesembuhan kepadaku,” kata Nabi Ayyub meyakinkan. Akhir yang Bahagia. Setelah meneliti dan yakin kalau orang yang ada di hadapannya itu adalah suaminya, Rahmah pun segera berlari dan memeluk Nabi Ayyub Ia kemudian bersyukur kepada Allah SWT. Dalam keadaan penuh bahagia itu, Nabi Ayyub kemudianteringat akan sumpahnya untuk memukul istrinya sebanyak seratus kali bila sembuh. Setelah mengutarakannya kepada Rahmah, istrinya itu pun tidak merasa keberatan dan siap menerima pikulan dari suaminya. Subhanallah…Rahma memang seorang istri teladan, jarang ada tandingannya. Bersamaan dengan itu, turunlah wahyu Allah SWT kepada Nabi Ayyub agar melakukan sumpahnya dengan penuh rasa sayang dalam memukul. Allah SWT menyuruh Nabi Ayyub memukul isrtinya dengan pelan, dengan menggunakan seikat rumput lembut yang berjumlah seratus. Dengan demikian Nabi Ayyub tetap bisa melaksanakan sumpahnya, serta Rahmah tak merasakan sakit atas sumpah suaminya itu. Subhanallah…Allah menujukkan rasa sayang-Nya kepada Rahmah. Akhir cerita, keluarga Rahmah akhirnya dilimpahkan kembali rejeki dari Allah dengan sangat berlimpah. Dan Rahmah juga ditakdirkan hamil dan memiliki anak yang banyak lagi. Mendapat karunia yang tak terhingga itu, Rahmah bersyukur kepada Allah dengan sangat mendalam. Semoga banyak wanita yang bisa meniru teladan dari Ibu Salamh binti Ifrayin, cucu dari Nabi Yusuf ini. Sumber Kisah Islamiah BukuAlkitab Nomor 18 —Ayub. Penulis: Musa. Tempat Penulisan: Padang Gurun. Selesai Ditulis: ± 1473 S.M. Masa yang Ditinjau: Lebih dari 140 tahun antara 1657 dan 1473 S.M. 1. Apa arti nama Ayub, dan pertanyaan-pertanyaan apa yang dijawab oleh buku Ayub? INILAH salah satu di antara buku-buku tertua dari Alkitab yang terilham! Istri Ayub Ayub 29-10 Keadaan Ayub yang begitu mengerikan membuat istrinya menjerit, "Masih bertekunlah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah !" ayat 9. Kesalehan Ayub membuat Tuhan senang, tetapi membuat istrinya marah. Pulpit Commentary mengatakan , "Ia membiarkan dirinya menjadi sekutu Setan dan musuh terburuk suaminya. Terlihat dengan jelas bahwa ia mendesak suaminya untuk melakukan hal yang persis sama dengan yang dikatakan oleh Setan Ayub 111; 25, dan yang jelas diinginkan oleh Setan untuk dilakukan oleh Ayub, dan dengan demikian berkelahi di pihak Setan, dan menambah kesukaran bagi suaminya." Sekalipun istri Ayub jelas salah, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa ia sangat menderita. Kesepuluh anaknya dan semua menantunya mati seketika. Kini suaminya ditimpa penyakit dan ia harus merawat Ayub dan menahan bau busuk yang menyengat. Sama seperti Ayubub, ia juga kebingungan memikirkan apa penyebab malapetaka itu. Ia juga berpendapat bahwa malapetaka datangnya dari Tuhan. Tetapi ia tidak bisa dan tidak mau menerima bahwa Tuhan memperlakukan mereka secara sewenang-wenang tanpa memberi tahu apa alasannya. Ini jelas merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan bagi Ayub. Di tengah-tengah semua kehilangan dan penyakit yang ia alami, istrinya bukannya mendukungnya, tetapi bahkan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Ayub sangat terpukul dengan desakan istrinya dan menolak desakan istrinya, "Engkau berbicara seperti perempuan gila." ayat 10a. Kata 'gila' dapat diartikan 'bodoh'. Francis I. Andersen mengatakan ,"Apa pun yang terletak di balik kata-katanya, Ayub menolaknya dengan kemurkaan. Tetapi ia tidak menyebutnya 'jahat', tetapi hanya 'bodoh', yaitu tidak mempunyai ketajaman dalam membedakan. Ia berpikir Tuhan telah menemukan apapun yang salah dengan apa yang telah terjadi padanya." Kebodohan perilaku sang istri makin menajamkan hikmat dari kesabaran Ayub yang saleh. Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk ? ayat 10b. Ayub mengatakan keyakinannya bahwa segala sesuatu , yang baik maupun yang buruk berasal dari Tuhan. Sikapnya sama seperti sebelumnya Ayub 121. Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya ayat 10c. Dia tidak mengucapkan kutukan terhadap Tuhan sebagaimana dinubuatkan Iblis dengan penuh Memercayai Tuhan tidaklah berarti bahwa Dia senantiasa akan membebaskan kita dari kesulitan, demikian pula kesetiaan kepada Tuhan tidak menjamin kemakmuran dan keberhasilan. Ingatlah bahwa Tuhan ada ditengah-tengah pencobaan yang kita alami. Dantentunya masih banyak lagi di dalam Alkitab. Kesimpulan Apa yang tampil dalam uraian di artikel ini, sangat erat hubungannya dengan doktrin ketuhanan yang sering disebut dengan "Trinitas." Hal ini berhubungan erat dengan salah satu dasar kepercayaan Gereja . Nama Allah di dalam Alkitab berdasarkan ilmu keselamatan tampil sebagai Pertanyaan Jawaban Kehidupan Ayub menggambarkan bagaimana seringkali manusia tidak menyadari cara Allah bekerja dalam kehidupan tiap orang percaya. Kehidupan Ayub memperhadapkan kita dengan pertanyaan yang logis, " Mengapa kejadian buruk menimpa orang yang baik?" Pertanyaan ini diulangi di sepanjang sejarah manusia, dan jawabannya tidak mudah dijelaskan, namun orang percaya tahu bahwa Allah tetap memegang kendali, apapun yang terjadi, dan tidak ada yang namanya kebetulan. Ayub merupakan orang yang percaya; ia tahu bahwa Allah bertakhta dan berdaulat, meskipun ia tak mengerti mengapa berbagai macam tragedi menimpanya. Ayub adalah seorang yang "saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" Ayub 11. Ia mempunyai sepuluh anak dan merupakan orang yang kaya. Alkitab menceritakan bahwa pada suatu hari Setan hadir di hadapan Allah dan Allah membahas sosok Ayub dengan Setan. Setan menuduh bahwa Ayub hanya saleh karena Allah telah memberkatinya. Oleh karena itu, Allah mengizinkan Setan merenggut harta serta keturunan Ayub. Setelah itu, Allah mengizinkan Setan menyerang badan jasmani Ayub. Ayub berduka, namun ia tidak menuduh Allah berbuat salah Ayub 122; 427-8. Teman Ayub begitu yakin bahwa Ayub telah berbuat dosa yang layak dihukum, dan mereka memperdebatkan hal itu dengannya. Namun Ayub membela kemurniannya, meskipun ia mengaku ia ingin mati dan mengajukan pertanyaan. Seorang pria yang muda usianya, Elihu, berusaha menyuarakan pendapat menurut pihak Allah sebelum Allah Sendiri menjawab Ayub. Ayub pasal 38-42 mengandung persyairan yang begitu indah tentang kuasa dan kebesaran Allah. Terhadap jawaban Allah, Ayub memberi respon yang rendah hati dan bertobat, dengan mengaku bahwa dirinya telah berucap banyak tentang hal yang tidak ia ketahui Ayub 403-5; 421-6. Allah memberitahu teman Ayub bahwa Ia sedang marah terhadap mereka karena mereka telah mengatakan yang tidak benar tentang Dia, lain halnya dengan Ayub yang mengatakan kebenaran Ayub 427-8. Allah memerintah supaya mereka mempersembahkan kurban dan bahwa Ayub akan berdoa untuk mereka, dan Allah akan mengabulkan doa Ayub. Ayub melakukannya, kiranya mengampuni temannya atas kekasaran mereka. Allah memulihkan kebesaran Ayub dua kali lipat Ayub 4210 dan "TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu" Ayub 4212. Ayub hidup 140 tahun setelah peristiwa itu. Iman Ayub pada Allah tak pernah gagal, meskipun sedang berada di dalam situasi yang mengujinya dengan keras. Sulit dibayangkan jika kita kehilangan segala yang kita miliki dalam sehari – tanah, harta benda, bahkan anak. Sebagian besar orang yang mengalaminya bakal depresi dan mungkin juga mempertimbangkan bunuh diri setelah mengalami kehilangan yang begitu dahsyat. Meskipun ia depresi sehingga ia mengutuk hari kelahirannya Ayub 31-26, Ayub tak sekalipun mengutuk Allah Ayub 29-10 dan ia berpegang teguh pada pemahaman bahwa Allah berdaulat. Sebaliknya, ketiga teman Ayub, bukannya menghiburnya, malah memberinya saran yang buruk dan bahkan menuduhnya melakukan dosa yang sedemikian jahat sehingga Allah sedang menghukumnya dengan keras. Rupanya Ayub cukup mengenal Allah sehingga dirinya tahu bahwa Allah tidak bekerja dengan cara tersebut; sebaliknya, ia mempunyai hubungan pribadi yang cukup erat dengan Allah sehingga ia dapat berkata, "Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela peri lakuku di hadapan-Nya" Ayub 1315. Ketika istrinya menyarankan supaya Ayub mengutuk Allah dan mati, Ayub menjawab "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Ayub 210. Kesukaran Ayub, mulai dari kematian anaknya hingga kehilangan harta bendanya sampai kepada kesakitan fisik yang ia alami, ditambah lagi tuduhan mengada-ada dari temannya, tidak membuat imannya goyah. Ia mengenal Juruselamatnya dan ia tahu pada suatu hari Juruselamatnya bakal berpijak di bumi Ayub 1925. Ia mengerti bahwa hari-hari manusia telah ditakdirkan dan tidak dapat diubah Ayub 145. Dalamnya pemahaman rohani Ayub tampak di sepanjang kitabnya. Yakobus menyebut Ayub sebagai teladan ketekunan dengan menulis, "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan" Yakobus 510-11. Adapun beberapa fakta ilmiah dan sejarah yang direkam dalam kitab Ayub. Kitab ini menyiratkan bahwa dunia itu bulat jauh sebelum ilmu pengetahuan alam yang modern Ayub 2214. Kitab ini membahas dinosaurus — mungkin dengan nama lain, namun deskripsi Behemot versi Terjemahan Lama sangat serupa dengan dinosaurus — hidup berdampingan dengan manusia Ayub 4015-24. Kitab Ayub memberi kita pandangan sekilas di balik layar pemisah antara bumi dan surga. Pada awal kitab ini, kita melihat bagaimana Setan dan malaikat-malaikat jatuh lainnya masih diberi akses ke surga, dengan masuk dan keluar pada pertemuan yang diadakan disana. Yang jelas dari rekaman ini ialah bahwa Setan sedang sibuk menabur kejahatannya di bumi, sebagaimana tertulis dalam Ayub 16-7. Dan juga, rekama ini menunjukkan bagaimana Setan itu "pendakwa saudara-saudara kita," sesuai yang disebutkan dalam Wahyu 1210, dan juga kesombongan dan keangkuhannya, sebagaimana direkam dalam Yesaya 1413-14. Adalah mengejutkan melihat betapa lantangnya Setan menantang Allah; ia tak segan-segannya menantang Sang Maha Tinggi. Rekaman di dalam kitab Ayub ini menggambarkan Setan sebagaimana aslinya — sepenuhnya sombong dan jahat. Pelajaran terbesar yang kita peroleh dari kitab Ayub adalah bahwa Allah tidak wajib menjelaskan apa yang Ia lakukan atau yang tidak Ia lakukan. Pengalaman Ayub mengajar bahwa ada kemungkinan kita tak pernah memahami alasan mengapa kita menderita, namun kita harus tetap percaya pada Allah kita yang benar, berdaulat, dan kudus. Jalan-jalanNya sempurna Mazmur 1830. Karena jalan Allah adalah sempurna, kita dapat percaya bahwa apapun yang Ia lakukan — dan apapun yang Ia perbolehkan — juga sempurna. Kita tidak dapat memahami pikiran Allah secara menyeluruh, karena sebagaimana Ia jelaskan, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku...Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" Yesaya 558-9. Tanggung jawab kita pada Allah adalah menaati-Nya, mempercayai-Nya, dan tunduk kepada kehendak-Nya, baik paham atau tidak. Ketika kita melakukan hal itu, kita akan menemukan Allah di tengah ujian — bahkan karena ujian itu. Kita dapat melihat dengan jelas kebesaran Allah kita, dan bersama Ayub kita dapat berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" Ayub 425. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apa yang dapat kita pelajari dari kehidupan Ayub? IbnuIshaq menyebutkan bahwa silsilah Ayyub adalah Ayyub bin Mush bin Razah bin Al-'Aish (Esau) bin Ishaq bin Ibrahim. Pendapat lain menyatakan bahwa silsilahnya adalah Ayyub bin Mush bin Raghwil ( Rehuel) bin Esau bin Ishaq bin Ibrahim. [1] Rehuel adalah putra Esau dengan istri ketiganya, Mahalat binti Isma'il. [2] Lori Official Writer Di Perjanjian Lama, Alkitab mencatat sejumlah nama makhluk-makhluk raksasa langka baik yang hidup di darat maupun yang hidup di air. Di antaranya terdapat dalam kitab Ayub, Mazmur, Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel. Para pakar sejarah dan ahli Alkitab mencatat bahwa kitab Ayub adalah kitab tertua di dunia. Meski begitu kesimpulan ini masih belum final karena masih sulit untuk mengungkapkan fakta sebenarnya kapan kitab Ayub ini ditulis. Jadi anggapan ini menyatakan bahwa kitab Kejadian ini pun dituliskan tidak mendahului dari penulisan kitab Ayub. Full Life Bible mengatakan bahwa Ayub hidup sejaman dengan Abraham. Hal ini didasarkan dari penemuan bahwa Ayub masih hidup 140 tahun setelah penulisan peristiwa-peristiwa dalam kitab ini. Yang berarti usia Ayub mencapai hampir 200 tahun. Sementara Abraham mencapai usia 175 tahun. Sesudah itu, Ayub masih hidup selama 140 tahun lamanya. Dia bahkan masih sempat melihat anak-anak dan cucu-cucunya sampai keturunan yang ke-4. Itu sebabnya, kitab Ayub mencatat lebih banyak tentang hewan-hewan raksasa. Hewan tersebut diantaranya adalah Rahab Salah satu nama binatang langka yang tercatat dalam Alkitab adalah Rahab Ayub 9 13. Menurut ahli kitab Ibrani dan ahli budaya Yahudi yaitu Rav. Ashi dan Ravina II, menyebutkan bahwa Rahab yang dimaksud adalah sejenis monster laut. Phoenix Binatang kedua adalah Phoenix Ayub 29 18. Ini dicatat oleh ahli sejarah bernama Yeshua Ben Sirah dan Rabbi Hoshiah. Mereka mengatakan bahwa Phoenix adalah burung besar berapi. Tanin Dalam Alkitab bahasa Inggris, tanin disebut tanniyn, yang diterjemahkan dalam berbagai arti. Kadang-kadang sebagai monster laut, kadang-kadang sebagai ular. Tapi tanin paling akrab disebut sebagai naga. Tanniyn merupakan semacam reptile laut raksasa. Baca Juga FaktaAlkitab Lokasi Tempat “Allah yang Menaburkan Benih” Saat ini Behemoth Behemoth adalah binatang langka yang paling perkasa dari semua ciptaan Allah di masa Perjanjian Lama Ayub 40 15. Dalam bahasa Ibrani Behemoth disebut dengan Bahimuth. Sementara dalam Bahasa Arab disebut Bahamut. Sementara terjemahan Septuaginta menyebutkan bahwa Behemoth sebagai vehemot dengan kata Therion atau binatang-binatang liar. Namun yang dimaksud adalah suatu binatang sebagaimana terlihat dari fakta bahwa gambaran yang diberikan tentang Behemot bukan gambaran tentang beberapa binatang melainkan hanya satu, yang biasanya dianggap kuda nil atau Hippopotamus amphibius. Malah, dalam beberapa terjemahan Alkitab ungkapan kuda nil dicantumkan dalam teks utama atau dalam catatan kaki untuk menjelaskan makhluk yang Allah maksud. BACA HALAMAN BERIKUTNYA -> Sumber Halaman 12Tampilkan SemuaKesabaranNabi Ayub. Dikatakan bahwa Nabi Ayub diberi cobaan oleh Allah SWT seperti itu selama 18 tahun. Namun, luar biasanya, selama itu juga Nabi Ayub tidak pernah sekalipun mengeluh atau mengadu kepada Allah SWT. Dia terus bersyukur dan bersabar, tapi tetap berikhtiar, dengan cara tetap berobat dan beribadah.
Ayb. 27-10 Segala harta, juga anak-anak, Ayub telah musnah. Kehidupan Ayub jatuh ke titik nadir. Barah busuk pun ada di sekujur tubuhnya, dari telapak kaki hingga kepala. Saking gatalnya, Ayub merasa perlu mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya. Sudah jatuh, ketimpa tangga. Harta tiada, tubuh pun menderita. Namun, derita Ayub belum selesai. Sang istri yang sangat mengerti tabiat Ayub tak bisa menahan diri. Dengan lugas dia berkata, ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Ayb. 29. Sudah jatuh, ketimpa tangga, lalu koma. Meski demikian, janganlah kita terlalu menyalahkan istri Ayub. Ia sangat mengenal Ayub. Dalam konsep zaman itu—juga masih banyak dianut hingga kini, saleh diberkati, jahat dikutuk. Ia sangat mengenal suaminya. Dia tahu Ayub saleh. Jadi, dalam kasus ini yang patut dipersalahkan bukan Ayub, tetapi Allah. Sehingga ia meminta Ayub untuk mengutuki Allah, yang telah bertindak tidak adil, dan bunuh diri. Istri Ayub tak mampu memahami dan menerima apa yang terjadi pada suaminya. Ia agaknya merasakan penderitaan Ayub. Ketika kehilangan harta dan anak, istri Ayub masih bisa bertahan. Tidak terdengar satu kata pun dari bibirnya. Usulan sang istri agar Ayub bunuh diri, sejatinya bukanlah karena dia tidak sayang lagi dengan suaminya. Kemungkinan besar karena dia sangat menyayangi Ayub. Ayub tak sepakat dengan istrinya. Ia malah memarahi istrinya. Ayub berkata, ”Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Ayb. 210. Dan perempuan itu pun diam. Kita bisa belajar dari sepasang suami-istri ini. Mereka tetap bertahan dalam penderitaan. Mereka tetap menjadi suami-istri. Alkitab mencatat bahwa sang istri tidak pernah meninggalkan suaminya. Dia memang tidak dapat menerima apa yang terjadi pada suaminya. Dia juga tidak bisa memahami pola pikir dan pola iman suaminya. Namun, ia tetap setia mendampingi suaminya. Dia tidak meninggalkan Ayub. Bahkan, ketika Ayub menghardiknya sebagai perempuan gila, perempuan itu tidak menjawab apa-apa. Agaknya, ia sadar telah berbuat salah. Diam adalah jawaban terbaik saat itu. Itulah yang bisa kita pelajari darinya. Silence is gold. Yoel M. Indrasmoro Literatur Perkantas Nasional